Pengarang :
Armijin Pane
Penerbit :
Dian Rakyat
Tebal Buku : Original 150
Halaman
Kota terbit :
Jakarta
Cetakan :
kedelapan belas
1.
Sinopsis Novel
Belenggu
Diceritakan
Sukartono atau kerap dipanggil Tono seorang lelaki yang memilih seorang istri
yang bernama Sumartini atau di panggil Tini, menjadi istrinya . namun Tono
menikahi Tini hanya atas dasar kecantikan, kepintaran, dan keenergikan Tini
saja. Tono beranggapan bahwa wanita yang pantas mendampinginya adalah wanita
yang berkarakter seperti Tini. Sayangnya, Tono memilih Tini bukan atas dasar
cinta. Begitu juga dengan Tini, tini sebenarrnya menikah dengan Tono
bukan berdasarkan di Mencintai Tono, karena Tini berkeinginan menikah dengan
seorang dokter yang bernama Sukartono. Kehidupann rumah tangga mereka sama-sama
tidak didasari oleh cinta. Akibatnya, Rumah tangga yang dibangun bukan
atas dasar cinta itu akhirnya tidak bahagia. Kehidupan Tono dan Tini kurang
harmonis dan sering terjadi pertengkaran di antara mereka.
Disetiap
harinya mereka menyibukan diri mereka masing-masing dengan aktifitas
masing-masing. Tini yang ikut dalam organisasi kewanitaan, disibukan dengan
berbagai macam kongres dan keiatan, sedangakana Tono sibuk dengan tugasnya
sebagai dokter. Tono lebih mencintai profesinya sebagai doketer, daripada
kepada Tini sebagai istrinya, bagi Tono pekerjaannya adalah pekerjaan yang
mulia. Dia bekerja tanpa mengenal waktu. Jam berapa pun pasien membutuhkannya,
dia selalu datang. Itulah sebabnya, ia sangat disenangi para pasiennya. Selain
mudah dimintai pertolongan, Tono juga dikenal sebagai dokter yang dermawan
karena ia tidak pernah minta bayaran pada pasiennya yang kurang mampu.
Akibat
kesibukan Tono dengan pekerjaannya,ia jarang sekali memperhatikan istrinya
sendiri. Hal ini sering menjadi pemicu pertengkaran diantara mereka. Tini meraa
dikucilkan oleh suaminya sendiri, dan merasa tidak betah hiup dengan
kesendirian, walaupun ia memiliki suami. Suatu hari, pasien Tono yang bernama
Ny. Eni menelpon Tono. Setelah lama berbincang ternyata Ny. Eni adalah teman
lamanya waktu di Bandung dulu, nama aslinya adalah Rohayah. Didalam
percakapannya itu Rohayah menggoda Tono, namun Tono masih menjga sumpahnya
sebagai seorang dokter. Hari-hari berikutnya Rohayah sering mendatangi Tono
dengan berpura-pura sakit, dan minta untuk dirawat, akhirnya karena bertemu
hmpir setiap hari, Tono tidak bisa menahan cintanya terhadap Rohayah. Hubungan
mereka kian hari kian mesra, Tono sering mengajak Rohayah ke Tanjung Priok
pesiar. Kedekatan Tono dengan Rohayah akhirnya sampai ditelinga ibu-ibu teman
Tini, hal ini membuat rumah tangga mereka kian berantakan. Akhimya, lewat
telepon, muncul Ny. Eni, pasien Tono. Ketika Tono datang ke hotel tempat Ny.
Eni, ia pun mengetahui bahwa Ny. Eni adalah Rohayah, kawan lamanya di Bandung
dulu. Dengan caranya Yah menggoda Tono. Tono masih menjaga sumpah jabatannya
sebagai dokter. Hari-hari berikutnya ketika Tono merawat Yah yang sebenarnya
tidak sakit itu, akhimya ia tak kuasa lagi jatuh cinta.
Ketika
Tini pergi ke Solo untuk mengadakan Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin
tidak bisa menahan gejolak cintanya terhadap Rohayah. Ia memutuskan untuk
tinggal selama seminggu di rumah sewaan Rohayah. Sejak mereka tinggal berdua, mereka
mengingat kembali masa-masa lamanya dulu waktu masih di Bandung. Setelah Tono
lulus dari sekolah rendah di Bandung, Tono meneruskan sekolah HBS di Surabaya.
Sementara Rohaah yang berbeda tiga tahun dalam sekolah itu harus kembali ke
Palembang karena akan dikawinkan oleh orang tuanya.
Hubungan
mereka kian hari kian mesra. Tono sering mengajak Yah ke Tanjung Priok pesiar.
Sikap Yah yang penuh pengertian membuat Tono mabuk. Hubungan Tono dengan Tini
semakin meruncing. Apalagi berita itu menyebar di kalangan ibu-ibu teman Tini.
Ketika
Tini pergi ke Solo mengadakan Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin gila. Ia
memutuskan untuk tinggal selama seminggu di rumah sewaan Yah. Dari pertemuan
sebagai suami isteri itu kemudian terungkap kembali kisah lama mereka. Ternyata
lelaki yang akan dinikahkan lebih tua dari Rohayah, Rohayah tidak ingin menikah
dan akhirnya pergi meninggalkan rumah, dan merantau ke Jakarta. Ketika di
Jakarta Rohayah menjadi wanita panggilan dari hotel ke hotel. Kemudian ia
menjadi nyai seorang lelaki Belanda di Sukarasa. Hanya selama tiga tahun,
kemudian Rohayah meninggalkan suaminya lagi.
Ketika
mendengar berita bahwa Tono menjadi dokter di Jakarta, ia pun berusaha menemui
Tono. Bagi Tono, Rohayah adalah tempat pelarian, tempat berkeluh, tempat di
mana pikiran-pikiran kusut dan kenangan lama yang mati dapat dihidupkan
kembali. Rohayah amat berbeda dengan Tini, isterinya. Tono mengatakan bahwa ia
tak mungkin lepas lagi dari Rohayah. Ketika itu Tono akan menjadi juri pada
perlombaan keroncong di Pasar Gambir. Hartono dan Mardani kawannya semasa
sekolah di kota Malang datang berkunjung. Hartono menanyakan isteri Tono, Tono
hanya mengatakan bahwa ia sedang ke Solo. Hartono kemudian mengetahui bahwa
isteri Tono adalah Tini, seorang gadis yang pemah bersahabat dengannya di
Bandung sewaktu ia menjadi mahasiswa Technische Hoogereschool. Secara tidak
sengaja, Tini bertemu dengan Hartono ketika Hartono menunggu Tono pulang dari
kantor. Pertemuan itu mengungkapkan peristiwa beberapa tahun silam di Bandung.
Tini
ternyata bekas kekasih Hartono, bahkan Tini sendiri telah ternoda oleh Hartono.
Itulah sebabnya kemudian Tini mau menerima Tono menjadi suaminya, di samping
sikap Hartono sendiri yang pengecut membuat surat perpisahan dan mengatakan
bahwa setibanya surat itu pada Tini, Hartono telah tiada. Hartono ternyata
hanya mengganti namanya menjadi Abdul Humid dan masih duduk dalam organisasi
Partindo tempat mereka berdua berkenalan pertama kali. Pada pertemuan itu
Hartono masih mengharapkan agar Tini dapat kembali padanya. Namun Tini amat
tersinggung pada sikap Hartono. Ia marah dan meminta supaya mereka hidup
sendiri-sendiri.
Dilain
pihak Tono ertipu lagi oleh sikap Rohayah yang selalu manis didepannya . Siti
Hajati seorang penyanyi yang merupakan pujaannya ternyata adalah Rohayah
sendiri. Ia amat tidak senang dengan sikap Rohayah yang selalu berpura-pura.
Tono beranggapan bahwa Rohayah akan selalu bersikap manis dan merayu laki-laki
lain seperti kalau ia bersama dengan Tono. Yah yang terpojok dan merasa tidak
dipercaya mengatakan pada Tono bahwa ia sebenarnya amat mencintai Tono namun ia
takut apakah hubungan cintanya dapat langgeng. Ia merasa tidak seimbang
mendapatkan Tono, itulah problem kejiwaannya.
Sebenarnya
sebelum menikah Tono telah mengetahui bahwa Tini telah ternnoda oleh. Ia juga
tahu bahwa ketika Tini menerimanya sebagai suami tidak berdasarkan cinta. Tono
mau menerima Tini karena kekagumannya pada kecantikan Tini. Namun ia tidak
pemah mengetahui siapa laki-laki yang menodai Tini. Pikiran-pikiran yang
menyebar itu menyebabkan ia dapat memaklumi keadaan Rohayah. Ia pun menerima
alasan Rohayah.
Suatu
ketika paman Tini datang hendak mendamaikan pertengkaran Tini dengan Tono.
Namun usaha itu sia-sia. Baik Tono maupun Tini tidak dapat rukun kembali. Tini
yang sudah mengetahui hubungan gelap Tono dengan Rohayah berkeinginan untuk
menemui dan mendamprat Rohayah. Bertemulah Tini dengan Rohayah di sebuah hotel.
Keinginan Tini untuk memaki-maki Rohayah yang telah menggoda suaminya akhirnya
luluh begitu Tini bertemu dengan Rohayah. Karena melihat sikap Rohayah yang
lemah lembut dan sangat perhatian. Tini merasa malu dengan Yah,
lebih-lebih ternyata Rohayah banyak tahu masa lalu Tini yang gelap. Tini
menyesal bahwa selama ini ia kurang memberi perhatian pada Tono. Ia bukan istri
yang baik. Ia tidak pernah memberikan kasih sayang yang tulus kepada Tono
suaminya.
Peristiwa
di hotel itu membuat Tini sadar diri. Ia merasa gagal menjadi seorang istri.
Akhimya, Tini memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Bahkan ia berharap
agar Rohayah bersedia menjadi isteri Tono. Niat ini disampaikan kepada Tono.
Kenyataan ini juga membuat Tono tersadar. Ia berharap Tini masih mau menjadi
istrinya. Tetapi tekad Tini sudah bulat. Perceraian tidak dapat dihindari
lagi.Akibat perceraian ini hati Tono amat sedih. Lebih sedih lagi ketika Tono
menghadapi kenyataan bahwa Rohayah telah pula meninggalkan dirinya. Yang
dijumpai Tono hanyalah sepucuk surat dan sebuah piringan hitam lagu-lagu Siti
Hayati yang tak lain adalah Rohayah sendiri. Rohayah yang menyatakan betapa ia
sangat mencintai Tono, tetapi ia tidak ingin merusak rumah tangganya. Untuk
itu, Rohayah telah meninggalkan tanah air pergi dan ke New Caledonia. Sedangkan
Tini saat ini sudah berada di Surabaya, mengabdikan dirinya di sebuah panti
asuhan yatim piatu.
2.
Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema yang tergolong
dalam novel belenggu ini adalah tema tradisional yang mana hal-hal yang
dianggap otomatis terjadi sendiri dimasyarakat. Dan tema novel belenggu ini
adalah “ perselingkuhan mengundang perpisahan”
b. Alur
Alurnya campuran
karena disaat pengenalan konflik, tokoh dokter tono dan yah teringat kepada
masa lalu mereka, Sebegai contoh pada saaat Kartono berada dikamar Rohayah, di
situ Kartono mencoba mengingat kembali masa-masa dia bersama Yah waktu dulu.
a)
Tahap Perkenalan
Tahap perkenalan
dimulai dengan pengenalan tokoh- tokohnya. Dokter Sukartono (Tono), seorang
dokter yang sangat mencintai pekerjaannya dan seorang dokter yang profesional
karena giat dalam bekerja dan ramah kepada pasien- pasiennya. Dia menikah
dengan seorang gadis cantik bernama Sumartini (Tini). Tetapi rumah tangganya
tidak harmonis karena sering beradu mulut. Dokter Sukartono sibuk dengan
pekerjaannya, sementara Sumartini hanya menjaga telpon dan menulis blocnote
jika ada pasien yang meminta pertolongan suaminya. Dikenalkan juga tokoh
Rohayah seorang wanita yang merupakan korban kawin paksa dan dia menjadi wanita
panggilan. (halaman 17-18)
b)
Tahap Perumitan
Dimulai saat Rohayah
berpura-pura sakit. Pada awalnya Rohayah terkenal dengan sebutan Ny.
Eni, karena ingin bertemu dengan Tono, dia berpura-pura sakit dan
meminta Dr. Sukartono untuk memeriksanya. Saat itu Yah tinggal di
sebuh hotel dan Dr. Sukartono pun datang menemui dan memeriksa Ny.
Eni. Hubungan mereka semakin dekat setelah mereka semakin mengakrabkan
diri satu sama lain, mulailah tumbuh perasaan cinta pada diri Tono. Sebenarnya
Rohayah sudah mengenali Tono, karena Tono adalah tetangganya di Bandung dan
kaka kelasnya, bahkan rohayah telah memendam perasaan pada Tono tetapi Yah
tidak dapat mengungkapkannya. Tono tidak mengetahui bahwa Yah adalah
temannya. Namun akhirnya Yah memberi tahu yang sesungguhnya kepada Tono,
sehingga membuat tono dan yah mengingat persahabatannya dimasa lalu.semejak
itu semakin hari hubungan mereka semakin dekat, bahkan Tono sering menemui
Yah, sekali-sekali Yah di ajak jalan-jalan ke pantai. Di saat
itu pula hubungan antara Tono dan Tini istrinya semakin renggang. Tono semakin
jarang berada di rumah. Tini tidak mengerti mengapa Tono dapat berubah secapat
itu kepadanya. (halaman 18-78)
c)
Tahap Klimaks (Puncak Ketegangan)
Tahap ini dimulai
ketika Tono semakin yakin bahwa Yah dapat memberikan kasih sayang yang
sesungguhnya yang selama ini tidak ia dapatkan dari istrinya
sendiri. Ketika Tono merasa kahilangan keterntraman dalam rumah
tangganya dengan Tini dan saat ia bertengkar dengan istrinya, Tono semakin
sering mengunjungi Yah. Dia mulai merasakan tempat tinggal Yah sebagia tempat
tingglnya yang kedua. Lama kelamaan hubungan Yah diketahui oleh Tini yang tak
lain adalah istrinya Tono. Hati Sumartini sangat geram ketika mengetahui
hubungan gelap suaminya dengan Yah. Dia ingin melabrak wanita
tersebut. Secara diam-diam Suamrtini pergi ke hotel tempat tinggal Yah.
Kepergiannya itu membawa kekesalan yang mendalam kepada Yah. Dia berniat ingin
mencaci maki Yah karena ia sangar kesal kepad Yah. (halaman 130)
d)
Tahap Peleraian
Peleraian dimulai
ketika Tini bertatap muka dengan Yah. Perasaan dendamnya menjadi luluh,
kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap
sebagi wanita panggilan ternyata mamilki sifat yang lembut dan ramah. Tini
merasa malu pada Yah. Tini merasa bahwa selama ini dia telah banyak
bersalah pada suaminya, dia tidak dapat berlaku seperti Yah, sikap Yah sangat
didambakan oleh Tono dan selama ini Tini tidak bisa bersiakp seperti itu kepada
Tono. Sepulangnya dari hotel, Tini mulai berintropeksi kepada dirinya
sendiri. Dia sangat merasa bersalah kepada suaminya dan ia menyadari bahwa dia
belum bisa menjadi istri yang baik bagi Tono. Tini merasa telah gagal
menjadi seorang istri. (halaman 133- 136)
e)
Tahap Penyelesaian
Tahapan akhir
dari novel Belenggu ketika Tini memutuskan untuk berpisah
dengan suaminya. Pada awalnya Tono tidak mau mengabulkan permintaan
Tini, karena apapun yang terjadi dalam rumah tangga mereka, Tono tidak
mengharapkan terjadinya perceraian di antara mereka. Tono meminta maaf kepada
istrinya dan berjanji untuk merubah sikapnya itu. Namun Tini menegaskan bahwa
keputusannya sudah bulat. Akhirnya mereka sepakat untuk bercerai. Hati Tono
sangat sakit akibat perceraian tersebut. Hatinya bertambah sedih saat
mengetahui bahwa Yah telah meninggalkan hotelnya. Yah meninggalkan sebuah palt
gramofoon yang berisi suaranya sendiri sebagai lagu kenang-kenangan kepada
Tono. Tono dan Tini akhirnya berpisah, mereka tidak dapat mempertahankan
kehidupan rumah tangganya dan Yah pun pergi
ke Nieuw Caledonie meninggalkan Tono, orang yang dicintainya
itu. (halaman 136-150) Jika dilihat dari cara pengarang mengakhiri cerita,
Belenggu termasuk ke dalam plot tertutup karena berakhir dengan sebuah
kepastian.
c.
Tokoh
Tokoh dalam cerita
novel belenggu ini adalah :
1. Dokter Sukartono (Tono)
2. Sumartini (Tini)
3. Siti Rohayah (Yah)
4. Nyonya sutatmo
5. Nyonya sumarjo
6. Nyoya Padma
7. Putri Amina
8. Nyonya Rusdio
9. Karn
10. Harton
11. Mangunsucip
12. Abdul
13. Mardani
Jenis Tokoh
Tokoh merupakan bagian struktural fiksi yang
melahirkan sebuah peristiwa. Berkut ini adalah tokoh-tokoh dalam novel belenggu
beserta pengklasifikasiaan tokohnya.
1) Dokter Sukartono (Tono)
Tono merupakan tokoh
sentral atau tokoh utama, karena tokoh ini mengambil bagian terbesar peristiwa.
Dan merupakan tokoh penting dalam novel belenggu, serta tokoh ini sering
ditampikan dan mendominasi cerita dalam novel belenggu ini. Tokoh ini juga
sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.
2) Sumartini (Tini)
Tini juga termasuk
tokoh sentral, karena Tini juga mengambil bagian terbesar peristiwa dalam novel
belenggu. Tini juga termasuk tokoh penting dalam cerita karena tini juga
mendominasi cerita dalam novel ini.
3) Siti Rohayah (Yah)
Seperti halnya Tono
dan Tini, Yah juga merupakan tokoh sentral yang mendominasi cerita dlam novel
belenggu ini, Yah juga termasuk tokoh penting dalam cerita karena tokoh ini
mengambil bagian terbesar peristiwa.
4) Nyonya sutatmo
Nyonya Sutatmo
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
5) Nyoya Sumarjo
Nyonya Sumarjo
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
6) Nyonya Padma
Nyonya Padma
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
7) Putri Aminah
Putri Aminah juga
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
8) Nyonya Rusdio
Nyonya Rusdio juga
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
9) Karno
Karno juga merupakan
tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali
dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
10) Hartono
Hartono juga
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
11) Mangunsucipto
Mangunsucipto juga
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
12) Abdul
Abdul juga merupakan
tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali
dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.
13) Mardani
Mardani juga
merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa
kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama
d.
Latar
1.
Latar tempat :
·
Dirumah Kartono,
sebagai contoh terdapat pada : Seperti biasa, setibanya dirumah lagi, dokter
Sukartono terus saja menghampiri meja kecil, di ruang tengah, dibawah tempat
telepon.
·
Dihotel, sebagai
contoh terdapat pada : Dokter Sukartono diam saja sejurus memandang ke arah
hotel itu, dia merasa heran sedikit. “Masuk saja ke pekarangan, tuan dokter?”
“Masuklah,” kata Sukartono dengan agak bimbang. Ketika mobil berhenti disisi
tangga, seorang orang yang berpakaian uniform berdiri disisi mobil, sambil mengangguk.
“Ini nomor 45?” tanya Abdul, lalu keluar. “Benar, nyonya Eni sudah menunggu.”
·
Dirumah Rohayah,
sebagai contoh terdapat pada : Sehabis payah praktijk, Kartono biasalah pergi
kerumahnya yang kedua akan melepaskan lelah. Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah
pula dia acapkali membaca majalah dan bukunya yang perlu dibaca, sedang Yah
lagi asyik merenda.
·
Di tepi pantai di
Priok, sebagai contoh terdapat pada : Entah bagaimana, dia sampai juga dengan
selamat di tepi pantai di Priok. Dia terbangun oleh desir ombak. Bulan tiada
bersinar diatas gelombang.Terang-terang gelap diatas air.
·
Di Bazaar, sebagai
contoh terdapat pada : Sudah pukul delapan malam.Bazaar sudah dibuka tadi pukul
tujuh oleh nyonya Sumarjo dengan pidato yang ringkas dan tepat.
·
Di gedung Concours,
Pasar Gambir, sebagai contoh terdapat pada : Begitu
juga Tono.Malam itu dia menjadi jury concours kroncong
perempuan.Sesampainya didalam gedung, concours sudah
hendak mulai.Baik diluar, maupun didalam penuh sesak dengan penonton.
2.
Latar waktu
·
Malam hari, sebagai
contoh terdapat pada :(1) Sukartono duduk membaca, lampu meja disebelah
kirinya, terang diatas buku itu, mukanya sendiri gelap.Dul baru
keluar, baru minta permisi pulang.Hari sudah pukul Sembilan malam.
(2) “Sudah pukul delapan malam. Bazaar sudah dibuka tadi pukul tujuh oleh
nyonya Sumarjo dengan pidato yang ringkas dan tepat.”
·
Tiba-tiba kedengaran
suara mobil berhenti di pekarangan muka.
·
Waktu masih menuntut
pelajaran di sekolah Geneeskundige Hooge School di Betawi,tiada sedikit kawan-kawan
dokter Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke ujian penghabisan.
Dia tidak cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan seni: pikirannya
terlalau banyak terlalai, hari sudah pukul sembilan malam. Sekali-sekali
melintas dengan cepat di jalan di muka rumah, suaranya masuk melintas dari
jendela yang masih terbuka.
·
Sejak tadi pagi
bekerja keras, pulang cua sebentar saja untuk bertukar pakaian.
·
Auto dokter Sukartono
melancar di tengah malam itu juga, seolah-olah menggambarkan kerusuhan dalam
hatinya, seolah-olah anak takut kepada bayang-bayangnya sendiri.
3.
Latar suasana
·
Jengkel, sebagai
contoh terdapat pada :
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat: “Aku pergi…..” Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi, pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat: “Aku pergi…..” Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi, pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja.
·
Sedih, penuh
penyesalan, sebagai contoh terdapat pada : Sesuaikah pikirannya dengan Aminah
dan lain-lainnya? Ah,peduli apa. Bukan sudah….. tidak, tidak, melawan dalam
pikirannya, kami belum berpisah…… kalimat itu berulang-ulang dalam pikirannya,
air matanya titik, membasahi bantal……. Lama kelamaan dia tertidur.
·
Marah, sebagai contoh
terdapat pada : “Suaramu palsu Yah, seperti didalam hatimu juga bohong
belaka.Sangkaku engkau jujur, engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu perempuan
semuanya pemain tonil. Tidak ada yang benar, yang jujur pada tubuhmu, dalam
hatimu………”
e.
Sudut Pandang (Point Of View)
ke-tiga. Pengarang
menggunakan nama orang sebagai pelakunya, tidak menggunakan kata aku sebagai
tokoh. Dalam arti lain, pengarang menceritakan kehidupan tokoh lain, bukan
sebagai dirinya sendiri. Pengarang tidak terlibat baik secara langsung maupun
tidak langung di dalam cerita itu.
f.
Gaya Bahasa
Personifikasi
Pengungkapan dengan
menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Atau yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup
·
Matanya tetap melihat
pada satu tempat saja, karena perhatiannya seolah-olah meraba-raba dalam
pikirannya.
·
Tiada tampak oleh
Sukartono cahaya tanda girang yang mengerlip dalam mata perempuan
itu.
·
Hatinya hendak membacanya, hendak membaca
olokannya,….”
·
Karena itu terbit
ingin hatinya menduga hati perempuan itu
·
Tiada kuketahui,
timbul juga namamu dengan tiada kuketahui, karena bayang-bayangan ingatan yang
tergambar pada air mukamu
·
Kalau engkau mengenal
aku dahulu, benar-benar kenal, bukan kenal-kenal saja, engkaupun tahu, mestilah
tahu,…. didalam hatiku dingin, seperti es.
·
Didalam hati Kartono
terbit lagi keinginan menggenggam tangan jiwanya, memegang jiwa yang
menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan jatuh kedalam air.
·
Dia merasa bimbang,
pertanyaan yang demikian kerap kali terbit dalam pikirannya.
·
“Tini gunung berapi
yang banyak tingkah! Penyakit yang banyak complicate.”
4.
Unsur Ekstrinsik
a.
Adat
Jika suami pulang
kerja, hendaknya istri menyambutnya, mempersilakan duduk, menganggalkan
sepatunya.
b.
Etika
c.
Kartono, seorang
dokter yang selalu ramah kepada setiap pasiennya.
5.
Kelemahan Dan Kelebihan Novel Belenggu
a.
Baik
Novel ini mengajarkan
kita untuk rela berbagi dan berkorban untuk orang lain. Dan yang membuat
menarik dari novel ini adalah permainan perasaan pengarangnya dan juga
diperkaya dengan suguhan puisi pengarang semakin mengindahkan karya disamaping
kata-kata diksi yang indah . Dan novel ini merupakan peralihan
bahasa Melayu modern ke bahasa Indonesia.
b.
Buruk
Novel Belenggu adalah
imitasi dari roman barat, karena banyak menggunakan bahasa Melayu dan bahasa
Belanda. Bagi yang sudah biasa dengan bentuk buku roman barat modern pasti
mengerti maksud dari pengarang. Tetapi bagaimana mereka yang tidak mengerti
bahasa belanda, mereka kesulitan untuk memahami jalan cerita apalagi untuk
pembaca pemula.