KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kesadaran,
karena kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dan makalah ini sebagai salah satu tugas di semester II yang harus kami
selesaikan tentang “Peristiwa Bandung
Lautan Api”.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna karena penyusun sendiri
masih dalam proses belajar, sehingga penyusun mengharap kritik dan saran dari
pembaca agar saya selaku pembuat makalah sekaligus peneliti selanjutnya menjadi
lebih baik. Tak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anis selaku
guru Sejarah Peminatan yang telah membimbing kami untuk membuat makalah
ini sesuai dengan aturan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Losari,
05 Maret 2020
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menerima penjajahan
puluhan tahun lamanya,bahkan Indonesia dijajah selama 3,5 abad oleh Bangsa
Belanda. Siksaan, kelaparan, kemiskinan, bahkan ada yang tewas, semua itu
dilalui oleh Bangsa Indonesia semasa penjajahan Belanda. Berbagai peristiwa termasuk
peperangan juga dilalui oleh Bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaannya.
Setelah mengalami perjuangan yang berat untuk memperoleh kemerdekaan, pada
akhirnya Indonesia dapat mencapai cita-cita kemerdekaannya.
Akan tetapi, perjuangan Indonesia
tidak hanya sampai disitu saja. Di tengah-tengah usaha pemerintah Indonesia
menata kehidupan bangsa kearah yang lebih baik, Belanda terus mencoba berbagai
cara agar dapat kembali menduduki Indonesia dan menjajah serta menguasai
berbagai hasil pangan dan industri milik Indonesia.
Berbagai jalur perundingan telah
dilalui oleh Indonesia dan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan ini. Namun,
Belanda selalu melanggar dan menyerang Indonesia. Akibatnya jalur diplomasi ini
tidak digunakan lagi dan Pemerintah Indonesia melakukan perlawanan bersenjata
untuk mengusir Belanda keluar dari Ibu Pertiwi ini. Salah satu peristiwa
perlawanan bersenjata yakni Bandung Lautan Api. Sekutu yang melakukan ultimatum
meminta rakyat dan TRI meninggalkan Bandung, namun sebelum mengosongkan Bandung
mereka membungihanguskan kota Bandung, hingga dikenal peristiwa ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa latar belakang
yang mendasari terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api?
2. Apa tujuan dari
peristiwa Bandung Lautan Api?
3. Bagaimana Rangkaian
peristiwa Bandung Lautan Api?
4. Apa dampak-dampak
dari peristiwa Bandung Lautan Api?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Latar Belakang Peristiwa Bandung Lautan
Api
Awal tahun 1900, Bandung sempat dicalonkan sebagai ibukota Hindia Belanda,
dengan rencana memindahkan Batavia ke Bandung. Maka langkah persiapan itu
direncanakan, salah satunya dengan membangun bangunan-bangunan pemerintahan dan
pemukiman dengan rencana tata ruang yang baik. Sehingga pada kurun waktu
tersebut, kota Bandung mengalami pembangunan yang intensif. Pembangunan itu pun
membuat Bandung menyimpan banyak karya arsitektur bergaya Indo-Eropa.Tetapi
karena Jepang mengalahkan Belanda dalam Perang Dunia Ke-II, akhinya Belanda
harus menyerahkan Indonesia kepada Jepang.
Setelah Perang Asia Pasifik berakhir, sekutu membagi wilayah Asia
mejadi beberapa wilayah kekuasaan dan wilayah Indonesia diserahkan oleh Jendral
Terauchi kepada Admiral Lord Louis Mountbatten pada tanggal 12 September 1945
di Singapura.
Semenjak Jepang menyerah kepada Sekutu pada Perang Pasifik yang berlanjut
dengan berkumandangnya proklamasi Republik Indonesia tentara Jepang di berbagai
kota di Indonesia mulai dilucuti dan meninggalkan kota. Tentara Sekutu sebagai
pemenang perang pun hadir dengan puluhan ribu tentara untuk mengawasi dan
melucuti tentara Jepang di berbagai kota terutama Jakarta, Semarang dan
Surabaya dengan yang dipimpin oleh tentara Inggris, dikomandoi Gubernur Jendral
Mallaby.
Hadirnya Sekutu ternyata diboncengi oleh Netherlands Indische Civil
Administration (NICA) yang masih ingin menguasai sebuah negara yang baru
merdeka. Perang Revolusi Indonesia pun terjadi dengan semangat yang jauh lebih
besar sebagai bangsa yang merdeka. Kota Surabaya menjadi pemicu perlawanan
terhadap Sekutu dan NICA. 10 November 1945, tentara dan rakyat Indonesia
bertempur habis-habisan mempertahankan kota hingga satu bulan lebih. Peristiwa
tersebut kita kenang sebagai Hari Pahlawan.
Semarang pun tak luput dari usaha pendudukan kembali Belanda. Pertempuran
rakyat dan TNI di Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 kita kenang dengan
sebutan Palagan Ambarawa.
Bagaimana dengan Bandung? Bandung memilih jalan damai –ABCD, Anak Bandung
Cinta Damai– meskipun semenjak hari proklamasi Badan Keamanan Rakyat (BKR)
dibentuk, menyusul bulan Oktober Laskar Wanita Indonesia (LASWI) didirikan,
hingga ke satuan Pelajar Pejuang. Di bidang perjuangan lainnya yaitu jalur
diplomasi Oto Iskandar Di Nata memimpin cara damai agar Jepang keluar dari Bandung. Di saat yang
sama Sekutu dan NICA juga telah hadir melucuti tentara Jepang dan berusaha
menduduki kota Bandung.
Jalur diplomasi ternyata belum tentu disukai semua pihak. Tidak hanya Oto
yang dikecam, masyarakat Bandung pun disindir sebagai orang lemah, tak punya
semangat revolusi, tak berani mengangkat senjata, dan banyak sindiran lain
terutama setelah peristiwa 10 November dan Palagan Ambarawa terjadi.
Perjuangan Oto mengakibatkan Sekutu dan NICA tidak berhasil secara de
jure menduduki kota Bandung, namun Si Jalak Harupat malah diculik oleh
Laskar Hitam yang kabarnya adalah usaha pihak yang tak suka dengan cara Oto di
jaman revolusi tersebut. Musibah lain pun datang, sungai Cikapundung meluap
menelan ratusan korban jiwa. Kesempatan ini dipakai oleh Sekutu dan NICA untuk
menggempur kota Bandung dan menguasainya di akhir November 1945.
Jalan diplomasi tetap dilakukan, namun corong berani Si Jalak Harupat telah
menghilang diculik bersama Residen Priangan, Walikota dan Ketua Komite Nasional
Indonesia Priangan.
Pada tanggal 21 November 1945, Tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama agar kota Bandung
bagian utara dikosongkan oleh pihak Republik Indonesia selambat-lambatnya
tanggal 29 November 1945. Para milisi dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia harus
menyerahkan senjata yang mereka rampas dari Tentara Kekaisaran Jepang. Karena
apabila ultimatum penyerahan tersebut tidak diindahkan, tentara Sekutu akan
mengambil tindakan militer untuk menegakkan tujuan tersebut.
Peringatan ini tidak dihiraukan oleh pihak tentara Republik. Sejak saat itu
sering terjadi bentrokan senjata dengan tentara Sekutu. Kota Bandung terbagi
menjadi dua, Bandung Utara dan Bandung Selatan. Oleh karena persenjataan yang tidak memadai, pasukan TKR dan para pejuang
lainnya tidak dapat mempertahankan Bandung Utara. Akhirnya Bandung Utara
dikuasai oleh tentara Sekutu.
Pada tanggal 23 Maret1946 tentara
Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum ke-2. Mereka menuntut agar semua
masyarakat dan pejuang TKR mengosongkan kota Bandung bagian selatan. Perlu
diketahui bahwa sejak 24 Januari 1946, TKR telah mengubah namanya menjadi TRI.
Demi mempertimbangkan politik dan keselamatan rakyat, pemerintah
memerintahkan TRI dan para pejuang lainnya untuk mundur dan mengevakuasi
Bandung Selatan. setelah mengadakan musyawarah, para pejuang sepakat untuk
menuruti perintah pemerintah. Tapi mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung
bagian selatan itu secara utuh.
2. Tujuan Peristiwa Bandung Lautan Api
Setelah ultimatum pertama oleh Belanda, kota Bandung bagian utara tidak
dapat dipertahankan oleh Tentara Republik Indonesia, akibat kurang memadainya
pasokan persenjataan. Sehingga tentara dan rakyat harus mengosongkan daerah
tersebut. akan tetapi Bandung bagian selatan belum berhasil di kalahkan oleh
Belanda. Oleh karena itu, Belanda mengeluarkan ultimatum kedua pada tanggal 23
Maret untuk mengusir TRI dan rakyat mengosongkan Bandung selatan. Tetapi
ultimatum itu tidak disambut baik oleh rakyat dan TRI akan tetapi disambut
dengan pertempuran oleh mereka. Saat pertempuran berlangsung pemerintah
mengeluarkan intruksi agar daerah Bandung Selatan dikosongkan. Akan tetapi, TRI
berencana meninggalkan Kota Bandung Selatan dalam keadaan tidak utuh, mereka
tidak mengingini kota Bandung dapat digunakan sebagai markas strategis militer
oleh Belanda. TRI ingin melakukan penghancuran besar-besaran di kota Bandung
Selatan yakni sarana milik Belanda. Tetapi TRI juga melakukan pembakaran
terhadap rumah warga sipil.
Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan
Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud
menghancurkan gudang mesiu tersebut. Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha
dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat
tangan. Gudang besar itu meledak dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut
terbakar di dalamnya.
3. Rangkaian Peristiwa Bandung Lautan Api
Awal Mula
Surat Kabar De Waarheid sebagaimana dikutif Soeara Merdeka Bandung (Juli
1946) memberitahukan bahwa di Downingstreer 10. London, pada awal tahun 1946,
Inggris menjanjikan penarikan pasukannya dari Jawa Barat dan menyerahlan Jawa
Barat kepada Belanda, yang selanjutnya akan menggunakan sebagai basis militer
untuk menghadapi Republik Indonesia.
Kesepakatn dua sekutu Inggris dan NICA (Nederlands Indie Civil
Administration) Belanda itu memunculkan perlawanan heroic dari masyarakat dan
pemuda pejuang di Bandung, ketika tentara Inggris dan NICA melakukan serangan
militer ke Bandung. Tentara sekutu berusaha untuk menguasai Bandung, meskipun
harus melanggar hasil perundingan dengan Republik Indonesia.Saat itu, para
pemuda dan pejuang di Bandung sedang berjuang merebut senjata dari tangan
tentara Jepang. Tentara Sekutu menuntut agar senjata-senjata yang terlah
direbut para pemuda diserahkan kepada mereka.
Tentara sekutu memberikan ultimatum pertama pada 21 November 1945. Dengan
alas an untuk menjaga keamanan, mereka menuntut agar Kota Bandung bagian utara
dikosongkan oleh pihak Indonesia selambat-lambatnya pada 29 November 1945.
Adapun batas kota bagian utara dan selatan adalah rel kereta api yang
melintasi Kota Bandung. Para pejuang Republik Indonesia tidak mau mengindahkan
ultimatum Sekutu tersebut. Sejak saat itu, sering terjadi insiden antara
pasukan Sekutu dan pejuangf Republik.
Pada 25 November 1945, rakyat Bandung ditimpa musibah yakni banjir besar
akibat meluapnya Sungai Cikapundung. Bencana alam tersebut menelan ratusan
korban yang dihanyutkan derasnya arus sungai. Ribuan pendudk Bandung juga
kehilangan tempat tinggal.
Serangan Tentara Sekutu dan Belanda
Keadaan bururk rakyat bandung tersebut dimanfaatkan tentara Sekutu dan
Belanda atau NICA (Netherland Indies Civil Administration). Mereka menyerang
rakyat yang sedang tertimpa musibah.
Pada 5 Desember 1945 pesawat-pesawat tempur Inggris mengebom daerah
Lengkong Besar. Selanjutnya, pada 21 November 1945, tentara Sekutu kembali
menjatuhkan bom di Kota Bandung, tepatnya di daerah Cicadas.
Tentara Sekutu dan NICA Belanda, yang menguasai wilayah Bandung Utara
(wilayah di utara jalan kereta api yang membelah kota Bandung dari timur ke
baratt), memberikan ultimatum (23` Maret 1946) supaya Tentara Republik
Indonesia (TRI) mundur sejauh 11 km dari pusat kota (wilayah di selatan jalan
kereta api dikuasai TRI) paling lambat pada tengah malam tanggal 24 Maret
1946. Tuntutan itu disetujui Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta, padahal
Markas Besar di Yogyakarta telah memerintahkan TRI untuk mempertahankan setiap
jengkal tanah Bandung.
Perintah Pengosongan Kota Bandung
Dari Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia memerintahkan agar TRI
mengosongkan Kota Bandung. Mentri Keamanan Rakyat Mr. Amir Sjarifuddin tiba di
Bandung dengan perintah kepada TRI untuk mengundurkan diri dari Kota Bandung.
Sementara itu, dari Markas TRI di Jogjakarta datang perintah yang berbeda.
Tentara Republik Indonesia diinstruksikan untuk tidak meninggalkan Kota
Bandung.Walau dengan berat hati, TRI di Bandung akhirnya mematuhi perintah dari
Jakarta. Akan tetapi, sebelum meninggalkan Kota Bandung, para pejuang Republik
melancarkan serangan kea rah kedudukan-kedudukan tentara Sekutu.
Bandung Lautan Api
Selain menyerang kedudukan tentara sekutu, para pejuang juga membumihanguskan
Kota Bandung bagian selatan. Pembumihangusan Kota Bandung tersebut diputuskan
melalui Musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) pada 24 Maret
1946
Keputusan musyawarah tersebut diumumkan oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion
selaku Panglima Divisi III/Periangan. Beliau juga meminta rakyat untuk
meninggalkan kota.
Pada siang tanggal 24 Maret 1946, TRI dan masyarakat mulai mengosongkan
Bandung Selatan dan mengungsi ke selatan kota. Pembakaran diawali pada pukul
21.00 di Indisch Restaurant di utara Alun-alun (BRI Tower sekarang). Para
pejuan dan masyarakat membakari bangunan penting di sekitar jalan kerata api
dari Ujung Berung hingga Cimahi. Bersamaan dengan itu, TRI melakukan serangan
ke wilayah utara sebagai “upacara” pengunduran diri dari Bandung, yang diiringi
kobaran api sepanjang 12 km dari timur ke barat Bandung membara bak lautan api
dan langit memerah mengobarkan semangat juang.Saat itu, listrik di Kota Bandung
juga mati.
Pasukan sekutu pun mulai menyerang. Pertempuran sengit terjadi karena para
pejuang Republik memberikan perlawanan hebat. Di Desa Dayeuhkolot, sebelah
selatan Bandung, pertempuran paling dahsyat terjadi. Di Dayeuhkolot terdapat
gudang mesiu yang dikuasai sekutu.
Pihak Rebublik bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut. Dua orang
pemuda, Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan diutus untuk meledakkan gudang mesiu
di Dayeukolot tersebut. Dua pemuda pemberani tersebut berhasil melaksanakan
tugas berat itu.
Mereka meledakkan gudang mesiu dengan granat tangan. Akan tetapi, Muhammad
Toha dan Muhammad Ramdan ikut terbakar bersama gudang mesiu yang mereka
ledakkan. Semula, staf pemerintah Kota Bandung memutuskan akan tetap tinggal di
dalam kota. Namun, demi keselamatan mereka ikut keluar kota pada pukul 21.00
Sekitar pukul 24.00 Bandung Selatan telah dikosongkan dari penduduk dan
Tentara Republik Indonesia. Akan tetapi, api masih membakar kota. Kota Bandung
telah berubah menjadi lautan api.
4. Dampak Peristiwa Bandung Lautan Api
Dampak terhadap Rakyat Indonesia :
Peristiwa Bandung Lautan Api ini memberikan kerugian yang sangat besar bagi
masyarakat Bandung, karena kerusakan infrastruktur yang terjadi akibat
peristiwa itu. Oleh karena rumah rakyat sipil juga terbakar sehingga
menyebabkan kerugian bagi rakyat.
Dampak terhadap Sekutu :
Dampak yang ditimbulkan oleh aksi bumi hangus dari para “pahlawan” itu
terhadap gerak ofensif sekutu sama sekali bukanlah rintangan. Gerak ofensif
sekutu yang membangun basis disekitar Bandung Utara tidaklah mendapat hambatan
dari bangunan-bangunan yang dibakar. Selain itu pula, bangunan-bangunan besar
buatan masa kolonial dengan tembok dan struktur bangunannnya yang kokoh yang
dicoba untuk diledakan dengan peledak buatan lokal oleh pihak TRI ternyata
tidak menghasilkan kerusakan yang berarti. Dalam beberapa pekan kemudian
bangunan-bangunan itu sudah bisa dipergunakan kembali.
Selain itu, NICA Belanda berhasil menguasai Jawa Barat sepenuhnya melalui
Perjanjian Renville (17 Januari 1948) yang menekan Pemerintah Republik
Indonesia untuk mengosongkan Jawa barat dari seluruh pasukan tentara Indonesia,
menyusul kegagalan agresi militer 20 Juli – 4 Agustus 1947. NICA
melanggar`gencatan senjata dan terus menggempur basis pertahanan tentara
Indonesia hingga Januari 1948. Pasukan Indonesia (Divisi Sliwangi) terpaksa
hijrah ke Jawa Tengah pada`tanggal 1 – 22 Pebruari 1948.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Peristiwa Bandung Lautan Api di latar belakangi oleh adanya ultimatum dari
sekutu yaitu sekutu meminta TRI dan rakyat Bandung Utara dan Selatan untuk
mengosongkan dan menyerahkan seluruh senjata rakyat kepada sekutu namun
permintaan itu di tolak dengan menyambut ultimatum itu dengan pertempuran.
Namun pada saat pertempuran berlangsung Pemerintah Republik Indonesia
mengeluarkan intruksi agar TRI untuk mengosongkan kota Bandung. Tetapi sebelum
menggalkan kota Bandung TRI dan Rakyat membumihanguskan kota Bandung Selatan.
Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi dengan tujuan TRI yang tidak ingin
meninggalkan Kota Bandung dalam keadan utuh dan dapat di gunakan sebagai markas
strategis militer oleh Belanda dengan cara melakukan penghancuran secara
besar-besaran di kota Bandung Selatan terutama sarana milik belanda salah
satunya yaitu gudang mesin milik belanda.
2. Saran
Bandung lautan api merupakan tragedi yang terkenal dalam kehidupan
masyarakat sejak zaman orde lama, namun seiring dengan berjalannya waktu,
sejarah tersebut mulai dan sedikit demi sedikit sirna. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh bertambahnya teknologi dan media-media hiburan yang menyajikan
hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa-peristiwa penting dan
bersejarah yang salah satunya adalah tragedi “Bandung lautan api”.
Oleh karena itu, kepada para pengguna media-media modern, walaupun zaman
telah berganti dan bertambah modern, jangan melupakan sejarah-sejarah
bangsa Indonesia dan dengan adanya fasilitas media yang yang canggih,
diharapkan sejarah bangsa Indonesia dapat dengan mudah diketahui dengan cara
menyebar luaskan sejarah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar